Mobile recent

Pacu Jalur Riau Mendunia: Viral di TikTok Lewat Tren Aura Farming

Redaksi
2.7.25, 02 July WIB Last Updated 2025-07-02T04:44:28Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini

 

Festival Pacu Jalur Kuantan Singingi, Riau


KUANSING – Festival Pacu Jalur, agenda pariwisata Kharisma Event Nusantara (KEN) yang digelar setiap Agustus di Tepian Narosa, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, kini menjadi fenomena global. Tradisi mendayung perahu panjang ini mendadak viral di jagat maya, terutama platform video pendek TikTok, memicu tren "Aura Farming" yang menarik perhatian warganet di berbagai negara.


Tren Aura Farming, yang menurut situs Know Your Meme mulai viral sejak September 2024, mengacu pada tindakan seseorang yang dinilai keren atau mampu membangun "aura moment" sehingga terlihat bak tokoh utama.


Dalam konteks Pacu Jalur, tren ini menampilkan bocah-bocah pendayung dengan gerakan khas memutar tangan dan mengayun untuk menjaga keseimbangan di atas perahu yang melaju cepat, diiringi lagu "Young Black & Rich" karya Melly Mike. Gerakan ikonik ini memancarkan aura kepercayaan diri yang memikat netizen global, memicu banyak video meme meniru gaya "cool" ala pendayung jalur.


Kepopuleran Pacu Jalur melalui tren Aura Farming menjadi contoh bagaimana warisan budaya Indonesia dapat mendunia dengan sentuhan kreativitas generasi muda. Selain memperkenalkan tradisi lokal ke audiens global, fenomena ini turut menumbuhkan rasa bangga masyarakat terhadap kearifan budaya daerah.


Dengan viralnya Pacu Jalur, masyarakat diharapkan semakin sadar akan pentingnya menjaga, merawat, dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia agar tetap lestari dan diakui hingga ke pentas internasional. Bahkan, pada tahun 2022, ilustrasi Pacu Jalur karya seniman Wastana Haikal terpilih sebagai Google Doodle untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus.


Secara etimologi, "pacu" bermakna perlombaan, dan "jalur" merujuk pada perahu atau sampan. Jadi, Pacu Jalur secara sederhana dapat diartikan sebagai "perlombaan mendayung perahu". Atraksi ini dimulai dengan letupan meriam karbit sebanyak tiga kali, yang berfungsi sebagai aba-aba jelas bagi peserta mengingat luasnya arena dan riuhnya ribuan penonton.


Setiap jalur yang berlomba diawaki oleh beberapa peran penting: tukang concang (pemberi aba-aba), tukang pinggang (juru mudi), tukang tari, dan tukang onjay. Setelah meriam karbit diletupkan, mereka berlomba menerobos arus Sungai Kuantan menuju garis finis.


Setiap jalur, yang biasanya dibuat sepanjang kurang lebih 40 meter, membutuhkan biaya hingga Rp100 juta per unit, yang didanai secara swadaya oleh masyarakat Kuansing, menunjukkan semangat gotong royong yang kuat. Setiap perahu akan didayung oleh 50-60 orang, tergantung panjangnya. 


Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Riau, Roni Rakhmat, menuturkan, menurut tradisi lisan masyarakat setempat, Pacu Jalur mulanya adalah sarana transportasi menyusuri Sungai Batang Kuantan, dari Hulu Kuantan hingga Cerenti. "Karena transportasi darat belum berkembang pada masa itu, jalur tersebut sebenarnya digunakan sebagai sarana transportasi penting bagi penduduk desa. Digunakan sebagai sarana pengangkutan hasil bumi, seperti buah-buahan lokal dan tebu. Selain itu, berfungsi untuk mengangkut sekitar 40-60 orang per perahu atau sampannya," kata Haji Roni Rakhmat kepada Media Center Riau, Rabu (2/7/2025).


Pada perkembangannya, perahu transportasi memanjang ini sengaja dihias dengan unsur daerah setempat, biasanya melukiskan kepala ular, buaya, dan harimau. Pemerintah telah mengakui dan menetapkan Pacu Jalur sebagai Warisan Budaya Nasional Takbenda asli Indonesia dan menjadikannya agenda pariwisata nasional KEN Kemenparekraf.


"Sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya tersebut, pemerintah Indonesia mendukung Festival Pacu Jalur diadakan setiap tahun di Kuantan Singingi dan mempromosikan pentingnya festival tersebut kepada masyarakat luas baik nasional maupun internasional," ucap Haji Roni.


Terkait viralnya Pacu Jalur di media sosial, Haji Ronimenyatakan kegembiraannya. Ia mengaku sangat senang Pacu Jalur kini dikenal luas hingga mancanegara berkat viralnya di TikTok.


"Ini membuktikan bahwa kearifan lokal kita memiliki daya tarik universal dan mampu bersaing di panggung global. Fenomena ini juga menjadi momentum emas untuk semakin meningkatkan kunjungan wisatawan ke Riau dan Kuantan Singingi, sekaligus menumbuhkan kebanggaan masyarakat lokal terhadap budayanya sendiri," tutur Roni dengan bangga. 


Secara sejarah, Pacu Jalur digelar pada masa penjajahan Belanda untuk memeriahkan perayaan adat sejak tahun 1890, bahkan spesifik digunakan untuk memperingati hari lahir Ratu Wilhelmina (31 Agustus). Setelah kemerdekaan, festival ini berkembang untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, dan juga sempat diselenggarakan untuk memperingati hari-hari besar umat Islam seperti Maulid Nabi, Idulfitri, atau Tahun Baru Islam.


Pacu Jalur adalah tradisi yang sarat nilai sejarah, perpaduan unsur olahraga, seni, dan olah batin. Masyarakat setempat percaya bahwa olah batin dari pawang atau dukun perahu sangat berpengaruh dalam menentukan kemenangan, terlihat dari ritual khusus yang menyertai setiap tahapan, mulai dari pemilihan kayu, pembuatan perahu, penarikan, hingga perlombaan.


Pada tahun 2024 lalu, Pacu Jalur dihelat mulai 21 hingga 25 Agustus, dengan partisipasi 225 peserta jalur. Agenda pariwisata ini resmi dibuka di Lapangan Lumino, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuansing. Pemerintah Provinsi Riau turut mendukung kesuksesan event Pacu Jalur 2024 dengan memberikan bantuan senilai Rp575 juta, dialokasikan untuk hadiah bagi para juara.


Juara 1 mendapatkan Rp70.000.000, Juara 2 Rp60.000.000, Juara 3 Rp50.000.000, Juara 4 Rp40.000.000, Juara 5 Rp30.000.000. Kemudian, juara 6 Rp20.000.000, dan Juara 7 hingga 15 masing-masing Rp10.000.000. Selain itu, ada kontribusi jalur sebesar Rp1.000.000 per jalur, dengan total Rp215.000.000.

Komentar

Tampilkan

Terkini